“Hey , Bangun kau anak sial !”
suara berat itu terdengar oleh kuping kecil milik seorang gadis. Sinar matahari
menyinari wajah cantiknya, wajah yang tertutupi oleh guratan luka, guratan
kesedihan, gurahan keletihan dan entah guratan tak menyenangkan apa lagi.
Dengan rasa lelahnya dengan sisa tenaga yang ia punya gadis itu bangkit dari
tidurya, tidurnya yang ia harap lebih lama lagi.
“Maaf ayah, aku kelelahan,
kemarin banyak sekali orang yang menyemir sepatu kepadaku” gadis itu mencoba menjelaskan alasannya
mengapa ia bangun kesiangan. Bukanlah kecupan hangat selamat pagi ataupun suara
ringan nan lembut , tendangan dari sang ayahlah yang ia dapatkan pagi itu. “
Pergi kau anak sial ! tak sudi aku melihatmu lama-lama” sang ayah malah
memakinya setelah menendangnya. Gadis itu bangkit menahan rasa sakitnya, ya
rasa sakit hatinya , hatinya yang terluka ia membawa sedihnya beranjak dari
tempat itu dan bersiap menjalani hari yang semakin hari semakin melelahkan.
Gadis itu hendak berangkat
membawa kotak berisi perlengkapan menyemir, ketika ia melihat sang ayah duduk
terpaku memdang sebuah gambar di majalah. Pelan-pelan ia mencoba mendekati
ayahnya. Ia tahu ayahnya sedang memandang gambar sebuah jam tangan, ia kenal
jam tangan itu , jam yang pernah dimiliki ayah bebrapa tahun lalu pemberian ibu
yang rusak karena terjatuh digenangan air. Ia kemudian bertanya pada ayahnya
“ayah menyukainya?” pria itu langsung terperenjat, ia kaget, ia marah bertanya
dalam hatinya ‘mengapa anak sial ini ada didekatku?’ ia mendorong gadis itu
sekuat amarahnya. “Pergi kau anak sial jangan dekati aku! Apa urusanmu jika aku
menyukai jam itu, sampai matipun kau tak akan mampu memberikannya padaku!”
teriak sang ayah kepada gadis kecil itu, gadis itu handak menangis namun
seketika otaknya berfikir membuat kesimpulan dengan kepolosannya, ia harus
membelikan ayahnya jam itu, ia harus mendapatkannya hari ini , ia akan
mengambil semua tabungannya di calengan ayamnya untuk membelikan jam itu.
Ayahnya akan senang jika ia membelikan jam itu , ayahnya akan berubah baik dan
lembut seperti dulu lagi, ya seperti dulu , kira-kira setahun yang lalu
ditempat yang sama namun di kondisi yang jauh berbeda. Setahun lalu ada ibu,
ada ayah , ada gadis kecil itu berbeda si gadis terlihat sangat bahagia, tak
ada raut kesedihan, tak ada goresan luka diwajah cantik itu. Ayah dan ibunya sangat menyayanginya, Dulu
sang ayah adalah pegawai kantoran mereka memiliki hidup yang berkecukupan, sang
ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang cantik dan pandai memasak. Suatu hari
ibunya meminta zin kepada si ayah untuk menjemput gadis itu dari sekolah,
seperti biasa si ayah mengiyakan dengan lembut dan penuh cinta. Hari-hari
selalu terasa sempurna bagi keluarga kecil itu, hari-hari selalu terasa luar
biasa bagi mereka bertiga sampai pada hari itu, hari dimana sang ibu pergi
menghadap kepada Yang Maha Mengatur Kehidupan,
menghadap Sang Sutradara Kehidupan. Ia ditabrak mobil. Ia meninggalkan
gadis kecilnya, ia meninggalkan suaminya, suami yang teramat mencintainya.
Sejak kematian sang istri , pria itu menyalahkan anak mereka, gadis kecil
malang itu , baginya gadis itulah penyebab istri yang dicintainya meninggal,
karena ingin menjemput gadis itulah ia tak dapat melihat wajah cantik istrinya
lagi, tak dapat merasakan kehangat sikap istrinya lagi. Dihari itu ia melabeli
anaknya dengan sebutan ‘anak sial’ tak mau menganggapnya anak lagi. Hari
semakin terasa berat bagi sang suami tanpa istrinya ia tak mau lagi bekerja, ia
tak mau melakukan apapun, ia hanya ingin duduk dan memutar kembali semua memori
bersama istri tercintanya. Sikapnya lambat laun semakin berubah ia sering
memaki dan memukul gadis kecilnya. Sungguh gadis kecil yang malang.
Matahari semakin bersinar , gadis
itu tetap berjalan mencari orng yang ingin disemir sepatunya. Ia bertekad akan
membeli jam tangan itu untuk ayahnya. Sungguh dewi keberuntungan sedang
bersamanya , hari ini banyak sekali pelanggan yang baik hati memberikan uang
lebih atas hasil kerjanya. Tak terasa hari sudah sore, dengan girang ia menuju
toko jam tangan langganan ibunya dulu, ia tau persis dimana ibunya membeli jam
yang serupa dengan gambar dimajalah itu, karena sang ibu mengajaknya saat
membeli jam itu. Tak lupa ia menyiapkan secarik kertas dan sebuah pulpen , ya
dia akan menulis surat untuk ayahnya, ia tak akan berani berbicara langsung
pada ayahnya.
Hari semakin gelap, namun ia
tetap berjalan menuju rumahnya berjalan dengan hati riang , berjalan dengan
hati berdebar , ia tak sabar menunggu ayahnya yang dulu, ayahnya yang sangat
lembut dan menyayanginya. Saat berjalan di gelap malam ia sampai pada sebuah
gang, gang yang tak jauh dari rumahnya, samar-samar ia melihat seseorang sedang
ditodong. Ia mencoba mendekati, mencoba melihat lebih dekat. Ternyata amir
temannya sesama penyemir sepatu sedang di todong oleh beberapa preman. Ia
berlari mencoba mendeketi amir, ia ingin menolong temannya itu. Ia tahu tubuh
dan tenaganya tak akan sanggup melawan sekelompok preman itu . ia hendak
berteriak meminta pertolongan pada warga sekitar. Belum suaranya keluar ia
merasakan sesuatu di perutnya, rasa perih , perih yang teramat sangat. Ternyata
salah satu dari preman itu menusuk perutya dengan sebilah pisau. Gadis kecil
itu akhirnya terjatuh, para preman itupun kabur membawa serta amir temannya.
Gadis kecil itu mengerang kesakitan , ia tak bisa berteriak, suaranya tertahan.
Ia tahu, pagi nanti seseorang akan menemukannya. Maka dengan segenap tenaga
yang ia punya ia mencoba menulis secarik surat untuk ayahnya. Ayah yang ia
cintai.
Semakin lama ia semakin merasakan
dingin ditubuhnya ia merasa semakin lemah, ia merasa semakin pusing, ia merasa
semakin tak berdaya. Samapai saat dimana tenaganya habis sudah , ia merasakan
elusan dirambutnya, ia merasakan suatu kehangatan, ia mengenal elusan itu, ia
mengenal kehangatan itu. Ya itu ibunya, ibunya yang sangat ia rindukan, mengelus gadis itu, menyapanya dengan hangat.
Ibunya membawanya pergi dari tempat itu bertemu dengan Penciptanya, hari itu
adalah hari terbaik si gadis . Ia bertemu dengan sang ibu, Ia terbebas dari
segala siksaan dan makian, ia terbebas dari kejamnya dunia.
Pagi akhirnya datang, kampung itu
pun gempar, seorang pria menemukan jasad gadis kecil penuh darah . mereka mengenal gadis itu.
Gadis itu sudah tidur tenang
ditempat perisitirahatannya. Sedang si ayah masih termenung menatap sebuah
kotak kecil dan secarik kertas yang dihiasi beberapa tetesan darah . pelan-pelan
ia membuka kotak kecil itu, matanya seketika membelalak , hatinya terenyuh. Ia
mengenal jam itu , jam itu mirip dengan pemberian istrinya beberapa tahun lalu.
Jam yang selalu ia lihat gambarnya dimajalah . seketika dia mengingat kejadian
pagi kemarin. Mulai muncul sebuah perasaan , perasaan yang sering disebut
penyesalan , ya penyesalan kecil mulai tumbuh dihati si pria itu.
Ia kemudian menaruh jam itu,
mengambil secarik kertas itu, ia mulai membukanya, ia mulau membacanya.
“ Ayah, aku merindukanmu , Ayah,
aku mencintaimu. Maafkan aku bila aku selalu membuatmu kesal. Aku tau kau
sangat terpukul dengan kepergian ibu. Akupun begitu, Kau tahu ayah bagaimana
sedihnya hatiku ketika melihat teman-temanku saat bersama ibu mereka? Tapi aku
tak ingin menambah kesedihanmu dengan menceritakan kedukaanku. Aku tau kau
lebih mencintai ibu daripada aku ayah. Ibu pun sangat mencintaimu ayah. Dihari
ia meninggal . dia memintaku untuk pulang sendiri, karena dia akan pergi
kekantormu memberimu kejutan membawakan makanan kesukaanmu karena hari itu
adalah hari ulang tahun pernikahan kalian. Aku sanggat bangga memiliki orang
tua seperti kalian, aku sangat mencintaimu ay “
Surat itu berhenti disitu,
mungkin gadis itu sudah tak sanggup meneruskan suratnya. Seketika air mata sang
ayah mengalir, ia tahu sekarang faktanya. Penyesalan kecilnya berubah menjadi
penyesalan yang luar biasa . Ia telah mencelakai gadis kecilnya, ia membuat
hidup gadis kecilnya bagai dineraka , Ia harus menerima makian dan siksaan dari
sang ayah tanpa mengetahui apa salahnya, apa dosanya. Saat itu, detik itupun
pria itu tertunduk , menangis sejadi-jadinya , bersumpah dalam hatinya tak akan
pernah memafkan dirinya sendiri yang telah membunuh kedua orang terpenting
dalam hidupnya.
(Kalau mau Copy atau share tolong sebutkan sumber, terima kasih :) )
No comments:
Post a Comment